Sabtu, 13 April 2013

malioboro, pro-kontra relokasi

KATA PENGANTAR
Kontroversi tentang relokasai pedagang kaki lima kawasan Malioboro memang banyak mengundang berbagai tanggapan. Masing-masing tanggapan juga mempunya posisi yang kuat.
Relokasi para pedagang kaki lima Malioboro menjadi krontroversi diantara berbagai pihak. Ada pikak yang mendukung relokasi atau pro relokasi, ada juga pihak yang menolak relokasi atau kontra relokasi. Kedua pihak tersebut memang mempunyai kedudukan yang kuat, dan masing-masing mempunyai dasar yang tidak dapat terbantahkan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana alasan tersebut tidak dapat terbatahkan. Dan makalah iniakan menjelaskan alasan-alasandara kedua arguman tersebut. Nilai positif dan negatif dari kontroversi yang juga menjadi persoalan dalam kontroversi relokasi tersebut juga akan diulas.
Harapan dari pembuatan makalah ini adalah menjadikan maeyarakat tahu dan peduli akan kawasan Malioboro, dan tidak hanya berat sebelah dalam menentukan alasan atau argumen baik yang mendukung ataupun menolak relokasi ini. Dan kepedulian masyarakat Jogjakarta sendiri itulah yang akan membuat kawasan Malioboro menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Jogjakarta, Desember 2006
Penulis
PENDAHULUAN
“Jangan meninggalkan Jogja sebelum menginjakkan kaki di Malioboro’’. Sebuah pesan singkat yang sering terlontar untuk mereka ketika akan berwisata ke Jogja. Bahkan tak ayal lagi titik kota ini mampu mempertemukan semua orang dari segala penjuru.
Malioboro hanyalah sebuah nama jalan yang posisinya seakan menjadi sumbu antara keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dengan gunung Merapi di sebelah utara. Namun Malioboro dapat mempertemukan semua orang dari segala lapisan sosial, dan kelas ekonomi.
Semua diperlakukan sama dengan sapaan yang ramah, khas Jogja. Ribuan pedagang kakilima berjajar teratur di sepajang koridor pertokoan. Menjajakan aneka dagangan mulai dari busana, aksesoris hingga pernak-pernik khas Jogja dan interior. Meski tergolong kelompok usaha mikro, namun merekalah yang membuat urat nadi Malioboro berdenyut.
Yang membuat istimewa dari kawasan Malioboro dengan kawasan lain yang sejenis dengan Malioboro memang banyak. Malioboro adalah kawasan yang memiliki deretan pertokoan-pertokoan dan vendor terpanjang di dunia. Dan memiliki deretan pedagang kaki lima terpanjang di dunia. Kawasan ini juga merupakan kawasan yang paling pesat pertumbuhan ekonominya, sehingga kawasan ini sudah menjadi tumpuan hidup bagi sebagian warga kota Jogjakarta. Selain itu dari segi historiografi kawasan ini banyak mengandung sejarah perekonomian warga Jogjakarta.
Namun dari segala kemasyuran Malioboro, terdapat satu cermin lain yang menggambarkan nama Malioboro menjadi kurang diterima oleh masyarakat Jogja. Sebagai titik temu dari segala pejuru, tentu muncul juga sisi negatif yang diberikan oleh Malioboro. Premanisme, kriminalisme, dan masalah terbesar yaitu masalah kebersihan lingkungan kota. Jogja. Masalah-masalah seperti inilah yang sudah sering didengar bahkan dirasakan oleh pengunjung Malioboro, khususnya penduduk Jogja sebagai tuan rumah.
Kebersihan kawasan ini selalu menjadi topik yang sering diperhatikan oleh para pejabat kota khususnya di dalam dinas kebersihan dan penataan kota. Hal ini menjadi penting mengingat Jogjakarta adalah kota pariwisata. Selain itu citra kota Jogjakarta yaitu “Jogja Berhati Nyaman” dimana filosofi bersih dan nyaman digunakan dalam kalimat tersebut.
Masalah kebersihan lingkungan fisik kawasan tersebut selalu dihubungkan dengan keberadaan para pedagang kaki lima. Beberapa masyarakat ataupun wisatawan Malioboro menyatakan bahwa para pedagang kaki lima itulah yang menjadikan kawasan Malioboro menjadi lingkungan kumuh dan merusak citra kota Jogjakarta sebagai kota pariwisata.
Banyak usulan baik dari para wisatawan dan dinas pemerintahan setempat yang berinisiatif agar para pedagang kaki lima dapat direlokasi dan ditata dengan rapi. Mereka mengiginkan kawasan Malioboro ini mejadi bersih dan nyaman untuk dikunjungi sehingga banyak wiatawan yang berkunjung ke Malioboro. Akhirnya bayak pihak yang dapat diuntungkan dengan relokasi ini dan perekonomian kota Jogjakarta akan meningkat karena Malioboro.
Akan tetapi ada juga sebagian pihak yang tidak setuju dengan relokasi para pedagang kaki lima di kawasan Maliobora ini. Kebanyakan dari mereka adalah para pedagang kaki lima itu sendiri yang merasa akan dirugikan dengan relokasi tersebut. Lainnya adalah para tokoh masyarakat yang menyatakan peduli dengan karakter asli Malioboro, mereka menganggap degan direlokasikannya para pedagang kaki lima Malioboro akan menghancurkan karakter Malioboro dan ciri khas Malioboro yang berbeda dengan kawasan sejenis Malioboro baik di dalam ataupun diluar negeri.
PEMBAHASAN
A. RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA MALIOBORO
Relokasi pedagang kaki lima atau PKL di kawasan jalan Malioboro dapat mengurangi tingkat pencemaran lingkungan fisik kawasan tersebut. Malioboro akan bersih dari sampah yang berserakan di sepanjang trotoar maupun jalan di kawasan Malioboro tersebut. Dan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi tersebut menjadi kawasan yang aman dan nyaman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata kota Jogjakarta.
Berkaca dari pengalaman kawasan-kawasan lain seperti Malioboro di luar negeri seperti “Broadway” di Amerika Serikat, “Shopping Park” di Singapura. Negara lain seperti Thailand, Jepang, Korea yang berada di kawasan Asia yang juga mempunyai kawasan yang sama dengan Malioboro. Selain itu masih banyak negara-negara yang mempunyai kawasan sama seperti Malioboro dan menjadi ciri khas atau tempat pariwisata negara tersebut. Bahkan kawasan tersebut teleh menjadi tujuan utama pariwisata di negara tersebut. Sebagai contoh “Broadway” yang menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Pemerintah setempat merelokasi pedagang kaki lima di kawasan wisata belanja tersebut, sehingga kawasan tersebut bersih dan sangat terawat. Karena kebersihan kawasan tersebut menjadikan wisatawan lebih nyaman untuk berjalan di sepanjang kawasan tersebut. Selain nyaman untuk dijadikan tempat wisata belanja, kawasan tersebut menjadi tempat yang banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan.
Tempat nyaman, bersih, terawat, dan dengan harga barang-barang ataupun souvenir yang relatif tejangkau atau bahkan dapat dikatakan cukup murah oleh para wisatawan. Semua itu yang nenjadi pertimbangan para wisatawan ataupun para pengunjung kawasan tersebut. Keunggulan dari kawasan ini sangat diperhatikan oleh pemerintah setempat. Pemerintah setempat sadar bahwa pentingnya memajukan kawasan wisata di daerahnya. Dan mengutamakan kenyamanan wisatawan atau pengunjug adalah salah satu caranya
Pemerintah setempat telah merelokasi pedagang kaki lima (PKL) ke daerah tersendiri. Para pedagang kaki lima ditempatkan di satu ruang tersendiri atau biasa disebut dengan “trade square” yang berada di salah satu sudut kawasan tersebut. Kemudian para pedagang kaki lima tersebut ditempatkan berdasarkan klasifikasi dan jenis dari barang dagangan mereka masing-masing.
Hasilnya sungguh luarbiasa, banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari relokasi para pedagang kaki lima ini. Tidak hanya bagi wisatawan yang datang tetapi baik pemerintah setempat dan para pedagang itu sendiri dapat diuntungkan. Dan hubungan saling menguntungkan ini akhirnya membentuk satu sinergi yang menghasilkan win-win solution bagi semua pihak.
Keuntungan bagi para wisatawan memang yang paling dapat dirasakan sekali. Wisatawan dan pengunjung Malioboro yang membuat Malioboro menjadi hidup dan menjadi berkembang tentu menjadi pihak yang sangat merasakan perubahan dan atmosfir kawasan ini. Keuntungan yang dapat dirasakan wisatawan antara lain:
  1. wisatawan dapat merasa aman dan nyaman karena tempat yang mereka kunjungi bersih dan terawat. Tidak ada sampah berserakan di sepanjang jalan. Tidak ada kemacetan di trotoar bagi para pejalan kaki yang sedang menikmati jalan di kawasan tersebut.
  2. memudahkan wisatawan untuk berbelanja berbagai barang-barang ataupun souvenir yang dijual di kawasan tersebut. Para wisatawan tidak merasa kesulitan menemukan barang barang yang mereka cari, karena para pedangang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis barang yang ditawarkan.
  3. menjadikan para wisatawan dapat berlama-lama di kawasan tersebut. Ruang yang disediakan cukup nyaman. Selain trade square yang nyaman, bagian trotoar juga cukup nyaman untuk tempat melepas lelah. Tidak ada kemacetan atau pemadatan trotoar. Wisatawan juga tidak mudah bosan karena pemandangan jelan yang panjang dan ruang gerak yang luas.
  4. memberi kesan hiburan dan belanja yang menyenangkan bagi para wisatawan dan keluarga. Tempat wisata dan belanja yang menjadi tujuan mereka bersih dan nyaman. Wisatawan juga akan mendapatkan pengalaman untuk berjalan-jalan disepanjang trotoar Malioboro yang menyenangkan dan bersih. Dan wisatawan dapat merasakan atmosfir Jogja yang sejuk dan bersih.
Kemudian pihak pedagang kaki lima juga sangat diuntungkan. Keuntungan yang mereka peroleh antara lain:
  1. para pedagang kaki lima mudah untuk mundapatkan pelanggan. Para pelanggan dapat mudah menemui pedagang yang dituju.
  2. para pedagang kaki lima mendapatkan keamanan dalam menawarkan barangnya. Mereka dapat menggelar barang dagangannya dengan tertib.
  3. para pedagang kaki lima tidak perlu berebut tempat berjuala. Ruang yang disediakan bagi para pedagang kaki lima sudah diklasifikasikan dan cukup besar.
  4. para pedagang kaki lima tidak akan perlu untuk menggelar dan membereskan barang-barang serta dagangannya setiap hari. Mereka sudah disediakan stand-stand atau ruangan yang dapat dibuka dan ditutup kembali saat mereka tutup.Pihak lain yang juga diuntungkan adalah pihak pemerintah. Pemerintah setempat pasti akan banyak diuntungkan mulai dari dinas penataan kota, dinas kebersihan kota, dinas pekerjaan umum, sampai atasan-atasannya. Relokasi ini juga menjadi tolok ukur bagi keberhasilan program-program pemerintah kota Jogjakarta sebagai badan yang mempunyai dan merencanakan program seperti penataan kawasan wisata kota dan jalan kota, kebersihan kota, dan mensejahterakan masyarakat setempat. Beberapa keuntungan yang dapat dirasakan pemerintah antara lain:1. perekonomian warga Jogjakarta akan meningkat karena banyak wisatawan yang berkunjung di Malioboro dan pemasukan daerah dari pariwisata akan bertambah.
    2. kota Jogjakarta akan terkenal bersih dan nyaman untuk dikunjungi, tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan yang kotor disekitar Malioboro.
    3. kemudahkan dinas kebersihan kota dan dinas penataan kota, dengan relokasi ini kawasan Malioboro menjadi bersih dan kawasan Malioboro menjadi tertata dengan baik dan teratur.
    4. mempermudah pengenalan pariwisata kota Jogjakarta ke masyarakat luar kota Jogjakarta dan menjadikan kota Jogjakarta banyak dikujungi wisatawan.
    5. pemerintah berhasil membuktikan citra kota Jogjakarta yang bersih dan nyaman sesuai dengan citra kota Jogjakata “ Jogja Berhati Nyaman”
    6. program pemerintah untuk merelokasi menurut keinginan wisatawan dan pengunjung Malioboro berhasil. Tidak hanya ketiga lembaga sosial itulah yang dapat diuntungkan dengan relokasi para pedagang kaki lima Malioboro. Secara tidak sadar masyarakat lokal juga akan mendapatkan keuntungan dari relokasi kawasan Malioboro ini. Secara tidak sadar masyarakat bahkan bisa mendapat keuntungan yang tidak langsung akan didapatkan dari relokasi ini.
    Keuntungan-keuntungan yang akan didapat masyarakat lokal dari relokasi para pedagang kaki lima Malioboro adalah:
    1. kesejahteraan masyarakat sekitar khususnya, akan meningkat karena banyak wisatawan yang mengunjungi Malioboro.
    2. lingkungan sekitar mereka menjadi bersih.
    3. masyarakat menjadi bangga dengan kawasan Malioboro, yang dapat bersaing dengan kawasan-kawasan sejenis di Internasional.
    Dengan relokasi para pedagang kaki lima Malioboro akan membawa efek baik bagi semua pihak. Jika kerjasama ini dapat berjalan dengan baik, akan membuat kota Jogjakarta semakin maju dan kesejahteraan masyarakat akan terjamin.
B. KONTRA RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA MALIOBORO
Malioboro sebagai tempat pariwisata, pusat pertumbuhan ekonomi, dan menjadi ikon kota Jogjakarta tentu mempunyai ciri khas yang dapat dibanggakan dan dijadikan karakter kota pariwisata ini. Ada beberapa ciri khas dari kawasan Malioboro yang membuat Malioboro menjadi berbeda dibandingkan dengan kawasan sejenis Malioboro baik di dalam negeri ataupun di luar negeri.
Apalah arti Malioboro tanpa pedagang kaki lima yang kadang membuat sebagian orang kesal, dan apalah arti pedagang kaki lima tanpa Malioboro. Malioboro dan para pedagang kaki lima yang meramaikan trotoar kawasan ini seolah tidak dapat dipisahkan. Keberadaan keduanya sangat berhubungan satu sama lain, dan keduanya menjadi saling melengkapi.
Baik Malioboro maupun para pedagang kaki limanya dapat membentuk satu kesatuan dimana kesatuan tersebut telah berhasil membentuk karateristik kota Jogjakarta. Malioboro yang telah menjadikan nama kota Jogjakarta besar dan dikenal oleh kebanyakan orang baik di dalam ataupun di luar negeri. Jadi nama kota Jogjakarta dapat menjadi dikenal di dunia luar karena mempunyai ciri khas Malioboro bukan karena keramah-tamahan penduduknya.
Walaupun keramah-tamahan penduduk lokal Jogjakarta juga telah banyak dikenal oleh masyarakat luas tetapi itu bukanlah faktor yang utama dan yang sangat mempengaruhi dikenalnya kota Jogjakarta di mayarakat luas. Tetapi sebenarnya nama Malioboro yang telah menjadikan kota Jogja dikenal masyarakat luas. Jadi karakter kota Jogjakarta di kenal di masyarakat luas disertai dengan mulai dikanalnya kawasan Malioboro di masyarakat luas.
Dalam perkembangannya, kemudian perlahan-lahan kawasan Malioboro ini mulai diterima dan dibanggakan oleh masyarakat lokal kota Jogjakarta khususnya. Dan masyarakat mulai menyadari arti penting dari keberadaan Malioboro sebagai asset besar kota Jogjakarta. Masyarakat Jogjakarta menyadari bahwa pentingnya menjaga dan melestarikan asset berharga mereka yaitu Malioboro.
Sebagai asset berharga kota Jogjakarta, Malioboro sudah pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan asset kota yang lain. Kawasan Malioboro adalah kawasan yang menduduki peringkat pertama dengan pertumbuhan ekonominya paling pesat dan paling tinggi dibanding kawasan lain di kota Jogjakarta. Kehadiran Malioboro seolah-olah telah menjadi tumpuan hidup bagi sebagian warga kota Jogjakarta.
Mengingat kawasan Malioboro sudah menjadi pusat kegiatan ekonomi sejak dibangunnya pasar Beringharjo oleh raja keraton Jogjakarta. Dahulu kawasan Malioboro adalah sebuah kawasan yang banyak dihuni olaeh orang-orang China, sejak sultan menetapkannya sebagai kampung pecinan atau kampung bagi para etnis Tionghoa.
Sebagai bukti sejarah yang dapat membuktikan keberadaaan kaum Tionghoa yang membuka pusat perdagangan di Malioboro adalah banyaknya bangunan-bangunan dengan arsitektur China di sekitar kawasan Malioboro. Selain itu sebagian besar penduduk asli dan pemilik rumah yang tinggal di kawasan Malioboro adalah etnis Tionghoa.
Sampai sekarangpun baik para pemilik toko, vendors, residens dan pemilik bangunan-bangunan di kawasan Malioboro kebanyakan adalah kaum Tionghoa. Sebagian dari bangunan-bangunan lama yang masih asli di sekitar kawasan Malioboro juga masih mempunyai karakter dan arsitektur bangunan China
Maka dimulai dari kampung pecinan inilah, kaum Tionghoa memulai usaha mereka untuk berdagang. Kemudian jalan Malioboro menjadi terkenal sebagai pusat perdagangan. Dan semakin banyak warga Tionghoa yang membuka perdagangan di kawasan Malioboro ini.
Akhirnya kawasan Malioboro ini resmi menjadi pusat perdagangan kota Jogjakarta. Dan kawasan Malioboro ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi tertinggi pertama di Jogjakarta dibanding dengan kawasan-kawasan lain, seperti jalan Solo, jalan Mataram, jalan Gejayan, dan lain-lain.
Kawasan Malioboro juga mempunyai ciri khas yang membuat Malioboro berbeda dengan kawasan-kawasan sejenis seperti Malioboro di daerah lain baik di dalam maupun diluar negeri. Ciri khas ini yang membuat Malioboro menjadi spesial dan istimewa dibanding kawasan lain.
Para pedagang kaki lima memang sudah menjadi image yang melekat dengan Malioboro. Dari awal dikenalnya Malioboro di masyarakat luas nama Malioboro sudah melekat dengan para pedagang kaki limanya. Jadi pedagang kaki lima yang justru menjadikan nama Malioboro dikenal. Tanpa keberadaan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro mungkin nama Malioboro tidak akan dikenal di Masyarakat dan nama Malioboro tidak akan menjadi sebesar sekarang.
Dan yang menjadikan kawasan Malioboro lain dengan kawasan sejenis Malioboro yang lain adalah Malioboro mempunya deretan pedagang kaki lima terpanjang di dunia. Dan ini sudah diakui oleh internasional karena tidak ada yang dapat menandingi Malioboro.
Jika para pedagang kaki lima tersebut direlokasi maka keistimewaan Malioboro akan hilang. Tidak hanya itu ciri khas Malioboro yang lekat dengan para pedagang kaki limanya yang ramah juga akan hilang. Nilai historiografi yang membawa nama Malioboro juga akn hilang bersamaan dengan relokasi pedagang kaki lima di sepanjang kawasan Malioboro.
KESIMPULAN
Relokasi para pedagang kaki lima di sepanjang kawasan Malioboro memang mendapat banyak tanggapan baik yang mendukung relokasi ataupun yang menolak relokasi. Kedua argumen tersebut mempunyai kedudukan yang kuat, sehingga sulit ubtuk menemukan jalan keluar dari persoalan relokasi para pedagang kaki lima di sepanjang kawasan Malioboro ini.
Disatu sisi relokasi para pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro ini memang dapat menguntungkan berbagai pihak. Baik pihak vendor atau toko yang disinggahi para pedagang kaki lima, pihak wisatawan atau pengunjung Malioboro, pihak warga sekitar kawasan Malioboro, pihak pemerintah daerah setempat, bahkan pihak pedagang kaki lima pribadi juga dapat diuntungkan dari relokasi pedagang kaki lima disepanjang kawasan Malioboro ini.
Disisi lain akibat yang ditimbulkan dari relokasi para pedagang kaki lima kawasan Malioboro ini dapat merusak ciri khas Malioboro sendiri. Nilai historiografi malioboro juga akan hilang bersamaan dengan relokasi pedagang kaki lima kawasan Malioboro ini. Jika ciri khas yang menjadikan nama Malioboro terkenal hilang, nama Malioboro tidak akan bernilai apapun.